Mitos yang Salah Mengenai Otak

Perkembangan informasi pada masa ini sangat cepat sekali. Tak jarang banyak informasi menarik dan penting yang dapat kita pelajari. Namun apakah semua informasi itu benar ? dibawah ini beberapa mitos mengenai otak yang salah yang beredar di internet. Berikut info yang dikutif dari blogerjelek.blogspot.com

1. Kerusakan Otak Selalu Permanen

Mitos yang Salah Mengenai Otak

Cedera otak memang mengerikan dan sering kali berakibat fatal namun banyak opini yang mengatakan bahwa otak yang rusak tidak akan bisa pulih kembali.

Fakta :
Tidak semua cedera otak menghasilkan cacat otak permanen. Hal ini tergantung pada tingkat kerusakan otak seperti ringan, sedang, berat. Pada cedera otak ringan seperti otak yang terguncang dan mengakibatkan pendarahan dan sobek pada beberapa bagian, otak dapat sembuh dari luka minor secara baik dan tidak akan menimbulkan gangguan otak permanen. Pada cedera otak berat tentu saja kerusakan yang sangat berat tidak akan bisa mengembalikan otak seperti semula atau mengalami cacat otak permanen.

Bagaimana dengan yang tengah? Jika yang rusak mengenai neuron maka tidak akan bisa pulih kembali tapi jika yang terkena synapse atau yang menghubungkan antar neuron maka dapat pulih kembali. Jika seseorang rusak synapsenya maka butuh terapi untuk kembali menumbuhkannya. Seperti seseorang yang terkena kecelakaan dan tidak bisa berjalan maka dia harus dilatih berjalan untuk menumbuhkan lagi synapse yang hilang.

2. Janin yang Mendengarkan Musik Klasik akan Pintar.



Banyak orang yang meyakini bahwa mendengarkan musik klasik karangan Mozart dapat mencerdaskan otak kita. Fenomena ini disebut juga "Mozart Effect" dan dipakai oleh ibu hamil untuk diperdengarkan pada janin mereka dengan harapan mereka dapat menjadi orang yang pintar.

Fakta :
Studi yang dilakukan untuk membuktikan teori Mozart Effect mendapatkan hasil yang tidak sama. Hampir tidak ada perubahan signifikan seseorang yang mendengarkan mozart atau lagu klasik lainnya membuat orang menjadi lebih pintar. Beberapa klaim menyatakan bahwa mozart effect hanya mempengaruhi kecerdasan spatial dan kognitif secara temporal. Bagaimanapun beberapa orang memang mampu berkonstentrasi lebih baik dengan mendengarkan musik tetapi masih terjadi perdebatan apakah hanya berlaku khusus untuk klasik.
Mozart Effect

3. Brain Game membuat Anda Pintar



Sebuah perusahaan game yang terkenal mengklaim dapat membuat pemainnya menjadi lebih pintar dengan memainkan game buatan mereka. Banyak juga anggapan bahwa brain games mampu membuat seseorang menjadi lebih pintar.

Fakta :
8.600 peserta dari usia 18-60 berpartisipasi dalam penelitian untuk membuktikan klaim ini dengan memainkan game ini setidaknya 10 menit sehari, 3 kali semminggu. Mereka akan dibandingkan dengan 2.700 peserta lain yang tidak memainkan brain games dan menghabiskan rentan waktu yang sama dengan bermain internet dan menjawab pengetahuan umum. Peneliti mengatakan orang yang memainkan brain games tidak menunjukkan hasil yang lebih baik di akhir tes setelah 6 minggu. Bahkan dalam beberapa bidang orang yang menghabiskan waktunya secara biasa unggul beberapa angka.

Berlatih dalam brain games tidak akan membuat anda pintar, hal ini karena kita sehari-hari memang telah menggunakannya. Mungkin anda akan menjadi lebih baik dengan score game anda tetapi jangan berharap hal ini menunjukkan bahwa anda lebih pintar. Anda hanya lebih pintar dalam bermain game tersebut.

4. Semakin Besar Otak Seseorang Dia Semakin Pintar



Bigger is better. Hal inilah yang mendasari mitos ini. Banyak orang yang masih percaya pada hal ini hingga sekarang.

Fakta :
Otak manusia ketika mereka anak-anak relatif lebih kecil namun kecerdasan seseorang umumnya paling besar ketika mereka berada pada usia anak-anak. Otak wanita lebih besar daripada otak pria namun hal ini juga tidak bisa menunjukkan kemampuan otak seseorang. Jika ukuran otak berpengaruh maka otak gajah jauh lebih jenius daripada kita.

5. Google dan Internet Membuat kita Bodoh


Banyak artikel yang mengatakan bahwa manusia era sekarang lebih bodoh daripada generasi sebelumnya karena kehadiran internet.

Fakta :
Yang terjadi sebenarnya adalah pergeseran budaya dalam hal mencari informasi. Orang zaman sekarang lebih bergantung pada internet untuk mencari informasi. Internet yang mudah diakses membuat orang mengalami pergeseran penyerapan informasi. Kita lebih tergantung pada google dalam mencari hal. Situasi ini akhirnya membuat orang mengalami transective memory. Hal ini sebenarnya membawa pengaruh positif karena kita dapat menyimpan informasi dalam jumlah yang kecil namun mempunyai dampak negatif dalam merecall ingatan kita.

Ketika internet tidak ada maka orang-orang yang mengandalkan transactive memory akan kesulitan merecall informasi dan hal inilah yang dianggap oleh orang-orang mereka mengalami pembodohan. Padahal kemampuan seseorang untuk memanggil informasi tidak ada hubungannya dengan kecerdasan seseorang.

6. Otak akan Bekerja Lebih Baik di Bawah Tekanan



Seseorang yang sedang dalam tugas yang susah dan deadline yang susah akan tetap bisa mengerjakan tugas mereka. Statemen ini sering kali kita dengar dan lihat bahkan mungkin ada yang mengalaminya. Hingga akhirnya mereka meyakini bahwa potensial otak paling tinggi ketika orang tersebut berada pada situasi yang berat.

Fakta :
Menurut Institut Franklin, otak yang bekerja dalam keadaan stres akan menyebabkan otak akan lebih susah untuk bekerja. Jika pada situasi yang genting dan stres yang berat berlanjut maka otak akan dipenuhi oleh hormon yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otak dalam jangka pendek. Jika hormon ini terus dipompa ke otak maka dapat merusak dan membunuh sel otak.

Jika anda pada akhirnya berhasil menyelesaikan the impossible task di bawah tekanan itu hanya karena tugas itu harus selesai. Anda tidak akan bekerja dengan baik namun akan termotivasi hingga akhir untuk menyelesaikan tugas tersebut. Jangan berharap hasil tersebut juga akan maksimal dengan yang seharusnya bisa anda raih.

7. Hanya 10% Otak Saja yang Kita Gunakan



Mitos ini sudah sangat umum sekali, bahkan nama Albert Einstein sering dikaitkan dengan pernyataan ini.

Fakta :
Scan otak menggunakan MRI menunjukkan bahwa tidak ada bagian otak yang tidak aktif, beberapa justru lebih aktif dari bagian yang lain. Beberapa peneliti juga berpendapat bahwa 10% yang dimaksud adalah kapasitas otak untuk menyimpan namun hal ini tetap tidak bisa dibuktikan mengingat umur manusia yang relatif lebih pendek.

8. Alkohol Merusak Otak



Mengonsumsi alkohol membuat seseorang kehilangan kesadaran dan kerusakan saraf motorik dan beberapa indra. Fenomena ini kemudian dikaitkan bahwa alkohol merusak otak.

Fakta :
Alkohol tidak bisa merusak otak anda kecuali anda mengonsumsi alkohol hingga anda koma. Apa yang alkohol sebenarnya adalah mereka mempengaruhi cara neuron mendapat trigger dari glutamat mengakibatkan menurunnya kemampuan untuk mengirim sinyal. Hal ini mengacaukan komunikasi otak terhadap otot, koordinasi, dan sebagainya.


9. Radiasi Handphone Sebabkan Tumor Otak



Berlama-lama menggunakan handphone akan dapat membuat kepala seseorang terasa panas. Panas ini kemudian dikaitkan dengan radiasi yang berpotensi menyebabkan tumor pada otak.

Fakta :
Di Denmark, sebanyak 400.000 orang yang telah 20 tahun menggunakan handphone dijadikan subjek dalam penelitian ini. Hasilnya tidak terbukti adanya hubungan langsung antara handphone terhadap tumor otak.

Radiasi yang dipancarkan oleh handphone tergolong gelombang non-ionisasi. Gelombang ini tidak mampu mengionkan sel-sel otak sehingga menyebabkan tumor. Berbeda dengan gelombang sinarX yang mampu mengionkan tubuh. Gelombang handphone hanya mampu menghasilkan panas saja sehingga aman untuk digunakan. Namun penggunaan handphone juga perlu dibatasi untuk penggunaan jangka panjang.

Mau Info Bispak